KASUS 1: Gunakan untuk menjawab Pertanyaan 1 sampai Pertanyaan 5
Kutu loncat jeruk asia Diaphorina citri Kuwayama, 1908 merupakan hama penting tanaman jeruk, selain berbagai jenis hama lainnya. Hama penting ini diduga berasal dari Asia Tenggara tetapi kini telah menyebar dan menjadi hama penting tanaman jeruk di seluruh dunia, terutama di negara bagian Florida, AS, di mana jeruk merupakan tanaman sangat penting. Hama ini menjadi sangat merusak karena selain menimbulkan kerusakan langsung juga berperan sebagai vektor bagi bakteri Candidatus Liberibacter asiaticus, penyebab penyakit yang semula dinamai citrus greening tetapi kini bernama huanglongbing (HLB), di Indonesia merupakan salah satu penyakit jeruk yang sangat merusak dan dikenal dengan nama Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) (buku dalam Bahasa Indonesia). Sedemikian penting penyakit ini sehingga Kementerian Pertanian AS membuat situs khusus untuk memberikan informasi mengenai penyakit ini, Citrus Greening Prortal. Untuk mengendalikan hama kutu loncat jeruk asia dan dengan demikian juga penyakit HLB yang disebarkannya, pemerintah AS menggunakan pengendalian hayati sebagai salah satu cara pengendalian. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan tawon parasitoid nimfa Tamarixia radiata (Waterston, 1922) dan tawon parasitois telur Diaphorencyrtus aligarhensis (Shafee, Alam & Agarwal, 1975).KASUS 2: Gunakan untuk menjawab Pertanyaan 6 sampai Pertanyaan 10
Pengendalian hayati pernah dilakukan untuk mengendalikan berbagai golongan dan jenis OPT di Nusa Tenggara Timur. Pada pertengahan 1980-an, dilakukan pengendalian hayati kutu loncat lamtoro Heteropsylla cubana Crawford, 1914 dengan menggunakan kumbang predator Curinus coeruleus (Mulsant, 1850). Pada akhir 1990-an dilakukan pengendalian hayati gulma Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob., mula-mula dengan menggunakan ngengat Pareuchaetes pseudoinsulata Rego Barros, 1956 dan kemudian dengan menggunakan lalat puru Cecidochares connexa (Macquart, 1848). Pada awal tahun 200-an dilakukan pengendalian hayati belalang kembara asia Locusta migratoria subsp. migratorioides (Reiche & Fairmaire, 1849) (nama ilmiah sebelumnya Locusta migratoria subsp. manilensis (Meyen, 1835)) menggunakan jamur Metarhizium acridum (Driver & Milner) J.F. Bisch., S.A. Rehner & Humber (2009) (nama ilmiah sebelumnya Metarhizium anisopliae var. acridum Driver & Milner (2000)) yang diformulasikan sebagai bio-fungisida dengan merek dagang Green Guard. Terakhir, ketika penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. cubense (E.F. Sm.) W.C. Snyder & H.N. Hansen (1940) dan penyakit darah yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia syzygii subsp. celebesensis Safni et al. 2014 masuk ke NTT pada sekitar tahun 2010-an, pemerintah merekomendasikan penggunaan jamur bawaan tanah Trichoderma harzianum Rifai (1969) yang dijual dengan bermacam-macam merek dagang. Di antara pengendalian hayati yang pernah dilakukan di NTT tersebut, ada yang gagal dan ada yang berhasil.